The Snowball: Warren Buffett and the Business of Life

Judul Buku: The Snowball: Warren Buffett and the Business of Life
Penulis: Alice Schroeder
Penerbit: Bantam Books (Edisi Hardcover, Cetakan I, September 2008)
Tebal: 959 halaman (termasuk indeks)

Buku versi bahasa Inggris tersedia di BookDepository (bebas ongkos kirim ke Indonesia). Kami mendapat komisi kecil jika Anda beli dari mereka.

“Life is like a snowball, The important thing is finding wet snow and a really long hill” ~ Warren Buffett

Ada banyak kisah sukses yang diceritakan ulang dalam berbagai buku. Namun saya tetap berpikir kisah seorang Warren Buffett adalah sebuah kisah yang unik. Saya menganggap Buffett adalah potret menarik seseseorang yang sukses karena ia berkarir melalui sebuah dunia khusus, yaitu investasi saham. Itulah kehidupan Warren Buffett yang coba dilukiskan buku ini. Mungkin banyak orang sukses dalam bisnis lainnya, tapi kebanyakan mereka adalah sukses karena manajemen, kharisma, atau sebuah lompatan-lompatan besar dan heroik. Kehidupan Buffett jauh dari itu semua. Ia mungkin tidak punya kharisma, tetapi gaya bicaranya yang lugas mudah ditangkap oleh siapa saja dan langsung mengena. Gaya manajemennya pun tidak cukup terceritakan di mana-mana, bahkan ia cenderung tidak mau ikut campur dan cukup mempercayakan kepada orang yang dipercayainya. Tapi terbukti dalam pemilihan perusahaan, delegasi wewenang, dan juga penanganan masalah ia mampu menanganinya secara sukses. Dan ia mencapai itu semua dengan mengakumulasi kekayaannya, kehidupan bola salju yang selalu diluncurkan dari sebuah bukit yang dipilihnya secara hati-hati.

Meski dimaksudkan sebagai resensi buku di atas, tapi saya tidak akan mengutip banyak hal dari kisah buku ini. Anda bisa membacanya sendiri. Hampir semua orang telah mengungkapkannya selama tiga tahun terakhir ini. Anda bisa mencari resensi buku ini di media maya. Banyak artikel dan blog yang mengulasnya.

Membaca buku ini bagi saya adalah melihat sebuah potret akan diri seseorang yang selalu menjaga kehidupan—yang kebetulan juga bisnisnya—selama 80 puluh tahun terakhir dengan sepak terjang yang hampir sempurna (terutama dalam kisah bisnisnya). Dan kehidupan seorang Warren Buffett, terutama sepak terjangnya dalam bisnis investasi, adalah sebuah contoh yang baik. Beruntung bagi kita, meski Buffett tidak pernah menulis buku untuk membagikan ilmunya, tapi ia tidak pelit untuk selalu berbagi sepatah dua petuah tentang rahasia kesuksesan dirinya melalui berbagai media, diantaranya: melalui surat kepada pemegang saham Bershire Hathaway, wawancara-wawancara, dan juga sepak terjang investasinya itu sendiri. Kisah Buffett dari sumber kedua itu semua sudah memberi gagasan, ide, dan petunjuk yang menjadi inspirasi bagi banyak investor di seluruh penjuru dunia. Saya termasuk salah satu orang itu.

The Snowball adalah sebuah cara lain untuk mengenal sosok Buffett. Inilah buku biografi pertama yang mendapat “restu” darinya sendiri. Buffett menawarkan Alice, penulisnya, untuk masuk ke kehidupan pribadinya. Mengenal keluarga, teman, dan juga menghadiri berbagai kegiatannya selama beberapa tahun. Inilah buku penting untuk mengenal sosok investor yang dikenal sukses dari dunia saham ini, melalui sumber paling privat.

Buffett mempunyai kehidupan yang beruntung. Itu diakuinya sendiri. Ia mengaku beruntung lahir di negeri Amerika Serikat, negeri yang menunjukkan kemakmuran sangat pesat dalam 10 dekade terakhir, yang juga kebetulan adalah masa hidup Buffett dari lahir hingga saat ini. Buffett juga mengaku beruntung lahir di sebuah keluarga, yang kebetulan menawarkan banyak peluang, sehingga akhirnya ia bisa menjalani sebuah kehidupan “khusus” sebagai investor.

Tapi kehidupan itu tidak melulu karena keberuntungan. Itu yang saya tangkap dari kisah hidup Buffett di buku ini. Buffett adalah pekerja keras sejak kecil. Pekerja yang sangat keras. Sangat keras, bahkan hingga sekarang. Buffett juga seorang yang disiplin dalam keuangan, kalau tidak mau dibilang pelit. Mungkin istilah bersahaja adalah pilihan yang lebih tepat. Ia selalu menganggap segala bentuk pengeluaran harus sepadan dengan hilangnya peluang investasi. Buffett adalah orang yang selalu mencari peluang bisnis, baik dari mengantar koran, dan berpartner sama temannya memperbaiki mesin pinball. Dari usahanya sejak kecil itu, ia menghasilkan uang yang cukup banyak untuk anak sesuainya, dan jangan heran Buffett sudah mulai membeli saham pertamanya sejak usia 11 tahun. Dia juga sudah melaporkan pajak pertamanya pada umur 14 tahun, atas keuntungannya sebesar $1000 hasil usaha loper korannya. Itulah Buffett. Seorang yang sangat terobsesi untuk mengkoleksi dan meningkat koleksinya tanpa punya kesenangan untuk menghabiskan hartanya itu. Tapi Buffett tidak pelit dalam arti itu semua, ia mendedikasikan hampir seluruh harta kekayaannya yang bernilai milyaran dolar untuk disumbangkan ke berbagai lembaga nirlaba, dengan sumbangan terbesar kepada yayasan yang dikelola oleh Bill Gates.

Kisah Buffett seperti cerita dalam film, tapi itulah kisah yang kita dengar. Dengan segala sepak terjangnya, ia akhirnya dikenal sebagai orang yang mampu “mengatur” uang. Pada usia 26 tahun ia menjalankan sebuah partnership, yaitu mengatur dana titipan dari keluarga, tetangga dan teman untuk diinvestasikan di pasar modal. Dananya saat itu sebesar $174.000. Partnership ini terbukti sukses. Pada 1962 saja kekayaan bersih Buffett sudah melampaui 1 juta dolar. Pada 1966 ketika Buffett merasa sudah tidak ada peluang mencari saham-saham bagus, ia merasa tidak bagus meneruskan partnership ini. Saat partnership itu ditutup Buffett mulai fokus mengelola perusahaan tekstil yang mulai mengalami kemunduran bernama Berkshire Hathaway. Kisah hidupnya setelah di Berskhire bisa kita baca hingga sekarang, dengan kekayaan bersih sebesar $50 milyar dolar AS (2011).

Pelajaran penting dari biografi Buffett adalah ide sederhana bahwa kehidupan itu seperti bola salju, kita hanya perlu mencari bukit yang bagus dan kita tinggal menggelindingkannya. Inilah visi dan juga judul blog ini. Tapi tidak setiap orang bisa mencari bukit yang bagus. Dan tiap orang yang sudah menemukan bukit yang bagus tidak selalu mampu menggelindingkan bola saljunya.

Kenapa banyak orang tidak berhasil? Jawabannya, menurut saya, seperti diungkapkan Buffett ada dalam kutipan:

“The big question about how people behave is whether they’ve got an Inner Scorecard or an Outer Scorecard. It helps if you can be satisfied with an Inner Scorecard. I always pose it this way. I say: ‘Lookit, Would you rather be the world’s greatest lover, but have everyone think you’re the world’s worst lover? Or would you rather be the world’s worst lover but have everyone think you’re the world’s greatest lover?’ Now, that’s an interesting question.” (halaman 33)

Buffett berkata bawah setiap keputusan seseorang selalu didasarkan pada acuan nilai dalam dirinya sendiri (Inner Scorecard) dan bukan dengan acuan nilai menurut orang lain (Outer Scorecard). Menurut Buffett, dalam hidup ini kita harus lebih mementingkan kebenaran menurut nilai dalam diri kita, bukan kebenaran menurut orang lain. Ini adalah pelajaran luar biasa. Saya merasa filosofi sederhana ini sangat berguna baik dalam hidup ataupun investasi. Saya mendapat banyak pelajaran penting dari filosofi sederhana ini.

Contoh sederhana, ketika membeli sebuah pakaian baru, lebih mementingkan untuk diri Anda ataukah akan dilihat orang lain? Hasilnya tentu akan sangat berbeda, yang berpengaruh kepada penampilan, sikap, dan juga bujet kita. Bahkan ditekankan dalam buku itu, hal ini perlu diajarkan pada anak kita sejak kecil, sesungguhnya apakah fokus kita dalam hidup ini, apakah mengejar pujian orang lain atau kebenaran diri sendiri. Terbukti ada banyak hal yang menurut orang lain tidak benar tetapi menurut diri kita benar. Dibesarkan oleh seorang ayah yang menjadi politikus (Senator), Buffett mengakui bahwa ayahnya adalah seorang yang berfilosofi outer scorecard, sedang dirinya inner scorecard.

Contoh lain yang sudah sering terdengar adalah Buffett sangat teguh dalam ketidakpercayaannya akan saham perusahaan berbasis teknologi. Ia selalu berkata bahwa ia tidak paham bisnis teknologi. Maka ketika bursa sedang demam saham teknologi yang dikenal sebagai dotcom buble, banyak orang mencemooh dan mengatakannya idiot karena tidak bisa menghasilkan keuntungan banyak di masa orang lain berpesta. Tapi, beberapa saat kemudian, ketika saham-saham teknologi runtuh, mereka yang mencemooh hanya menyesali kerugiannya yang fatal.

Dalam berinvestasi hal ini akan sangat berpengaruh dan akan sering kita alami, yaitu apakah kita akan memandang langkah investasi kita berdasarkan data dan fakta yang kita percayai ataukah berdasarkan apa yang dipercayai oleh orang lain. Bila kita percaya orang lain, kita tentu saja hanyalah ikut arus. Bila kita percaya dengan keputusan kita sendiri, kita biasanya akan melawan arus, dan itu berat untuk ditanggung lebih-lebih kalau hasil sementara menunjukkan kerugian yang besar. Bila kita teguh dengan kepercayaan kita, pasti hasilnya akan terbayar.

Sebagai pengingat, bila Anda berharap membaca jurus-jurus rahasia investasi seorang Warren Buffett, tidak ada sedikit pun hal mengenai strategi investasi di buku ini. Ini merupakan buku biografi, bukan buku investasi.

Snowball edisi bahasa indonesia di rak sebuah toko buku

Itulah sekilas pandangan saya tentang buku The Snowball. Banyak hal dan kisah lain yang diceritakan oleh buku ini namun tak mungkin saya akan mampu mengungkapkan semuanya. Selain kisah Buffett, bagi penggemar Graham Anda juga bisa menjumpai hubungannya melalui buku ini. Dalam edisi asli Anda juga bisa menikmati potret masa kecil Buffett dan keluarganya. (Saya tidak punya edisi bahasa Indonesia) Beruntung Anda sekarang sudah bisa membaca buku ini dalam edisi terjemahan bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh penerbit Elex. Untuk membeli bukunya silakan pilih tautan di bawah ini:

  • Beli buku edisi bahasa Inggris di BookDepository (free ongkir) atau bisa di situs Amazon
  • Cari buku bahasa Indonesia ini di Gramedia.com

Semoga Anda mendapat inspirasi dari kehidupan bola salju seorang Buffett. Selamat membaca!


Diterbitkan: 10 Aug 2011Diperbarui: 18 Feb 2022