Seandainya Anda berinvestasi di sebuah saham, katakanlah Anda sudah menanam modal di perusahaan A. Hampir satu tahun berjalan, harga perusahaan A cenderung turun dan Anda sudah rugi belum terealisasi sebesar -12%. Setelah riset industri yang menaungi perusahaan A tersebut, Anda kemudian tahu ada perusahaan B yang mempunyai kinerja dan peluang jauh lebih menarik dibanding perusahaan A untuk tumbuh beberapa tahun mendatang. Selain itu—betapa beruntungnya Anda—perusahaan B telah mengalami sejarah penurunan harga saham parah setahun ini, kira-kira sudah -45%. Dengan harga saat ini, valuasi perusahaan B mempunyai batas akan keamanan jauh lebih tinggi dibanding A. Kira-kira apa yang bisa dilakukan dengan investasi Anda?

Switch atau alihkan saja investasi Anda dari perusahaan A ke perusahaan B. Maksudnya gimana? Jual saham di perusahaan A lalu uangnya gunakan untuk investasi di perusahaan B. Bukannya kita akan rugi? Apa alasannya?

Ilustrasi Kondisi Awal

  • Investasi di Perusahaan A
    • Modal awal = Rp10.000.000
    • Investasi tersebut sudah turun -12% tahun ini, jadi nilai saat ini akan jadi setara Rp8.800.000
    • Potensi rugi Rp1.200.000
  • Seandainya Anda berinvestasi di Perusahaan B satu tahun ini
    • Modal awal = Rp10.000.000
    • Investasi tersebut sudah turun -45% tahun ini, jadi nilai saat ini akan jadi setara Rp5.500.000
    • Potensi rugi Rp4.500.000
Situasi terakhir adalah berikut:
  • Potensi perusahaan B jauh lebih bagus daripada perusahaan A. Manajemen perusahaan B punya rencana kerja cemerlang. Hutang lebih rendah. Mereka sudah lebih siap menghadapi gejolak industri ke depan.
  • Perusahaan B yang sudah turun banyak itu ternyata juga mempunyai batas akan keamanan jauh lebih tinggi, hampir dua kali lipat dibanding A
Switching Saham
  • Dengan menjual saham Anda di perusahaan A, maka akan ada modal segar untuk investasi di perusahaan B. Uang Anda akan ada potensi untuk tumbuh lebih baik.
  • Anda memang akan merealisasikan kerugian investasi di perusahaan A, namun bila Anda investor sungguhan dan bila Anda tahu perusahaan B lebih awal, kemungkinan besar Anda juga akan rugi jauh lebih di perusahaan B.
  • Potensi kerugian di perusahaan B bukan menjadi risiko Anda, tapi risiko pemodal sebelumnya.
  • Bila dibuat analogi, maka selisih kerugian di perusahaan B (45%) dan perusahaan A (12%) itulah keuntungan yang bisa Anda manfaat (dalam ilustrasi) karena Anda tidak rugi beneran di perusahaan B. Ini mirip shorting dengan cara tidak spekulatif. Kira-kira Anda menghemat kerugian virtual sebesar Rp3.300.000 (selisih 4,5 jua dikurangi 1,2 juta rupiah).
  • Uang Anda akan mempunyai potensi tumbuh lebih besar. Sekali lagi ini hanya potensi. Tapi selama sejarah investasi kami mencatat saham yang undervalued jauh lebih banyak akan mempunyai peluang tumbuh besar.
  • Perlu diperhatikan skala perbandingan kerugian dua perusahaan untuk pengalihan harus dalam periode yang sama, 1 tahun vs 1 tahun, bukan 1 tahun vs 2 tahun, dll.
  • Skenario ini akan sangat ideal bila Anda belum mempunyai perusahaan B. Tapi seandainya Anda punya keduanya pun pasti ada manfaat, minimal akan dapat dana segar dan potensi kerugian yang lebih kecil bila Anda terjun di perusahaan B sejak periode lebih awal.
Kunci dari strategi switching saham adalah memelihara nilai investasi kita agar tetap tumbuh. Bukan masalah realisasi rugi. Bukan masalah sahamnya apa. Tapi nilai. Hal yang penting dalam investasi adalah menjamin keutuhan nilai pokok investasi dan juga potensi pertumbuhan jangka panjang.
Saya pernah mempraktekkan skenario ini baru-baru. Hasil cukup memuaskan. Saya bahkan telah melihat untuk mengevaluasi investasi lain yang juga sudah minus.

Selamat berinvestasi!


Diterbitkan: 4 Sep 2012Diperbarui: 9 Feb 2022