Apa citra umum tentang pasar saham?

Ada berita saham di koran dengan foto grafik naik dan turun.

Meja seorang pialang berpakaian rapi dengan tiga monitor, dia terlihat sibuk, dan layarnya ramai dengan garis warna-warni. Ada pialang yang terlihat panik. Ada yang sedang gembira ria. Ada juga yang berdiskusi seru dengan rekannya.

Setiap jam buka. Setiap hari. Setiap menit. Setiap detik.

Seseorang bisa pencet beli atau jual. Untung atau rugi. Nasib dan kerugian ditentukan dalam sekejap.

Tempat cari duit tanpa keringat. Tempat cari uang mudah. Tempat berjudi. Tempat berspekulasi.

Tempat seorang paman kehilangan uang ratusan juta. Tempat seorang pengusaha kehilangan uang miliaran.

Tempat seorang tokoh lainnya konon kaya raya dengan mudah sambil tidur.

Tapi Anda harus pintar di tempat ini, atau kalah. Anda harus punya peralatan canggih, atau kalah. Anda harus menyandang titel dari kampus terkemuka, atau kalah. Anda harus berkantor di bilangan SCBD agar menang di tempat ini, atau kalah. Anda harus bermodal banyak agar bisa unggul, atau kalah.

Begitulah gambaran umum banyak orang. Tapi realita pasar saham mungkin berbeda.

Apa sebenarnya pasar saham?

Pasar saham, seperti namanya, adalah tempat modal diperdagangkan. Modal apa? Modal yang dibentuk dan disetorkan kepada perusahaan-perusahaan.

Modal yang awalnya dari pendiri dan pemodal inti kemudian sebagian ditawarkan, dijual, dan akhirnya bisa diperjual-belikan.

Di pasar modal itulah masyarakat bisa membeli pecahan modal dari perusahaan-perusahaan, baik berupa: perusahaan bagus atau buruk, perusahaan untung atau rugi, dan perusahaan yang utangnya banyak (menggerogoti) atau yang masuk akal. Berbagai macam jenis perusahaan ada.

Di pasar modal itulah mereka yang menaruh dana bisa membuat keputusan, apakah berspekulasi atau berinvestasi.

Di situlah para spekulator dan investor secara bersama-sama memutar modal dan telah memperoleh kenaikan akumulasi dana 58,7% selama 10 tahun terakhir, dibuktikan dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama itu.

Di pasar modal yang bernama Bursa Efek Indonesia tersebut IHSG memperoleh keuntungan sebesar 1.512,12% selama 20 tahun terakhir.

Di bursa yang sama itulah investor-investor kecil, bapak ibu pekerja dengan dana kelolaan puluhan juta rupiah, bersaing dengan pengelola dana yang memutar dana sebanyak Rp108,42 triliun per Februari 2023. (Sumber: OJK Februari 2023, diambil per 12 Maret 2023)

Di tempat yang sama itulah hanya 1,74% atau 8 (delapan) dari 459 reksadana yang punya performa sejak penerbitan bisa mengungguli kinerja 20 tahunan pasarnya (IHSG).

Di bursa atau pasar saham itulah nasib dan masa depan banyak orang ditentukan: dana di bank, asuransi, dana pensiun, dana abadi universitas, reksadana, dan dana lembaga keuangan lainnya; mereka bertanding dengan dana masyarakat agar dananya berkembang.

Lalu, bagaimana Anda dan saya harus melihat realita pasar modal?

Dengan sejarah puluhan hingga ratusan tahun pasar modal di dunia, saham menawarkan peluang yang menarik jika dilihat dalam sudut pandang jangka panjang.

Menaruhkan harapan di pasar modal dalam jangka pendek artinya berspekulasi. Risikonya terlalu buruk. Bukti-bukti spekulasi yang buruk sudah terlalu banyak.

Peluang investasi jangka panjang sudah terpampang secara sederhana melalui performa IHSG dan pasar modal lainnya.

Kami di Bolasalju selalu menekankan bahwa dengan realita pasar modal yang seperti itu, kita harus bersikap realistis dengan tidak bersikap sebagai spekulator. Jadilah investor jangka panjang.

Jadilah realis. Bersikap logislah di pasar modal.


Diterbitkan: 14 Mar 2023Diperbarui: 30 Aug 2023