Seperti telah saya tulis dalam Antisipasi Krisis, investor harus siap menghadapi apa pun yang terjadi di bursa. Apakah itu gejolak bullish atau bearish, bahkan crash. Apakah bursa kita akan crash? Sampai saat ini saya tidak tahu. Saya juga tidak berani meramal. Yang penting, seperti dalam tulisan tersebut, kita sebagai investor harus siap, termasuk mengelola dan mengatur dana kita agar tujuan investasi jangka panjang kita tercapai.

Dalam tulisan itu saya menyebutkan telah menyisihkan 25% dana dalam bentuk kas. Awalnya dana tersebut saya titipkan di reksadana pendapatan tetap. Kinerjanya sih bagus. Namun dua minggu lalu saya pantau ternyata reksadana tersebut juga terpengaruh oleh gejolak pasar. Akhirnya saya memutuskan untuk mengeluarkan dana cadangan itu. Lebih-lebih karena gejolak pasar belakangan ini saya memutuskan untuk menjadikannya kas murni di dalam rekening. Lebih aman. Untunglah meski hanya sebulan lebih reksadana tersebut sudah membukukan untung Rp400.000-an. Seiring waktu saya juga menguangkan beberapa saham (ARNA, FORU) menjadi kas, untuk menambah komposisi dana siaga ini. Kini 50% portfolio kelolaan sudah berbentuk kas.

Setelah seluruh dana cair pada 28 September 2011 (kemarin), akhirnya dana tersebut saya pindah ke rekening efek semuanya. Ini adalah untuk strategi jaga-jaga. Saya tak tahu apakah saya akan mulai masuk pasar dalam waktu dekat. Ataukah saya masih jaga-jaga saja. Terjadinya crash pasar modal tidak terjadi dalam sehari, atau dua hari. Pada krisis 2008-2009 periode kurva U-nya saja terjadi dalam 6 bulan lebih. Apakah nanti akan mriip? Ataukah nanti tidak terjadi crash bursa? Kita lihat situasinya nanti.

Tulisan ini dibuat untuk memperlihatkan strategi yang saya lakukan dalam mengatur investasi saya. Halaman portfolio investasi telah dimutakhirkan mengikuti perubahan komposisi portfolio ini.


Diterbitkan: 29 Sep 2011Diperbarui: 9 Feb 2022