Apa Itu Perputaran Portofolio (Portfolio Turnover)?

Perputaran portofolio (portfolio turnover) adalah ukuran seberapa sering aset dalam suatu portofolio investasi dibeli dan dijual oleh pengelola dana.

Perputaran portofolio yang tinggi menandakan frekuensi transaksi yang lebih sering. Semakin sering transaksi biasanya berimbas kepada biaya transaksi yang lebih besar, pajak, dan juga ke performa pengelola dana.

Rumus Perputaran Portofolio

Perputaran portofolio dihitung dari kalkulasi jumlah total pembelian efek atau jumlah efek yang dijual (mana yang lebih kecil) selama periode tertentu, dibagi dengan total nilai aset bersih (NAV) dana tersebut. Pengukuran biasanya dilaporkan untuk jangka waktu 12 bulan.

Contoh kalkulasi memakai rumus perputaran portofolio:

  1. Nilai total transaksi beli dalam setahun sebesar Rp70 juta
  2. Nilai total transaksi jual efek dalam setahun sebesar Rp80 juta
  3. Nilai aset bersih portofolio investasi akhir tahun sebesar Rp100 juta

Maka perputaran portofolionya adalah 70% yang didapat dari:

a. Mana yang terkecil? Nilai total transaksi beli vs jual adalah 70 vs 80, berarti 70 (transaksi beli)

b. Perputaran portofolio: Nilai a dibagi 100 = 70 ÷ 100 = 70%.

Efek Perputaran Portofolio

Pertama, frekuensi transaksi yang tinggi berimbas langsung ke biaya transaksi yang lebih besar dan juga mempengaruhi pajak.

Kedua, seringnya transaksi menandakan investor tidak percaya dengan kualitas keputusan investasinya, tingkat analisis yang lemah, atau setidaknya ia mudah berubah pikiran.

Ketiga, portofolio turnover yang sangat tinggi menandakan pengelola dana memakai strategi jangka pendek.

Manfaat Perputaran Portofolio

Jika tersedia datanya, investor bisa memperhatikan perputaran portofolio (portfolio turnover) di reksadana atau instrumen keuangan untuk menilai kualitas pengelolaan dananya. Semakin jarang transaksi berarti pengelola dana memakai strategi jangka panjang. Semakin sering transaksi berarti pengelola cenderung memakai strategi jangka pendek.

Awam mungkin mengira frekuensi transaksi tidak ada relevansinya dengan kinerja. Kalau pun sering transaksi tapi pengelola dana menghasilkan return lebih dari cukup, tentu tidak masalah.

Namun hasil riset dan penelitian sejak lama menyebut bahwa frekuensi transaksi terlalu sering berimbas kepada buruknya kinerja investasi. Baca publikasi Trading Is Hazardous to Your Wealth (Odean dan Barber, The Journal of Finance, April 2000). Baca juga ringkasan dari riset lain di Korea ini dengan konteks lebih baru.

Perputaran portofolio bisa dimanfaatkan oleh investor publik, baik individu atau institusi, sebelum menentukan untuk membeli produk reksadana atau instrumen keuangan tertentu. Ukuran perputaran portofolio yang kecil menandakan bahwa pengelola dana mempunyai visi jangka panjang karena lebih jarang transaksi. Perputaran portofolio yang lebih tinggi berarti pengelola punya horizon investasi jangka pendek atau memanfaatkan strategi serupa.

Namun sangat disayangkan, data perputaran portofolio tidak tersedia secara publik. Ketersediaan data ini tergantung oleh kemauan manajemen investasi untuk menyebarkannya ke publik. Ironinya, mereka yang menyebarkan data ini kemungkinan besar punya rasio perputaran portofolio yang rendah. Mereka yang tidak menyebarkan karena menyadari tingginya rasio perputaran portofolio mereka akan menghindarinya. Kecenderungan ini terjadi tidak hanya di Indonesia, namun juga di luar negeri.

Perputaran Portofolio Terhadap Operasi Investasi

Investor publik atau institusi bisa memanfaatkan perputaran portofolio untuk menjaga agar koridor investasi berjalan dengan baik dan lancar.

Setiap investor seyogyanya mengejar perputaran portofolio yang rendah karena hal itu berkorelasi positif terhadap manajemen operasional investasi yang baik dan kinerja yang baik. Investor individu maupun institusi bisa mengaplikasikan hal ini.

Saat pengelolaan investasi fokus akan perputaran portofolio yang rendah, maka mereka harus bisa membuat keputusan yang matang, stabil, penuh keyakinan tinggi. Dengan periode memiliki investasi yang lebih lama, pengelola investasi dituntut untuk berpikir jangka panjang. Sehingga mereka harus mencari bisnis-bisnis yang super unggul, yang bertahan dalam jangka lama.

Perputaran portofolio rendah secara holistik terbukti berpengaruh terhadap alur keputusan investasi dari proses analisa, pembelian, dan hingga penjualan.

Berapa Tingkat Perputaran Portofolio yang Ideal?

Pertanyaan terakhirnya, berapa tingkat perputaran portofolio yang bisa dianggap rendah.

Angka perputaran portofolio yang rendah (20% hingga 30%) mengindikasikan strategi beli dan tahan. Perputaran portofolio yang tinggi (lebih dari 100%) menunjukkan strategi investasi yang melibatkan banyak pembelian dan penjualan sekuritas.

Seperti dikutip Morningstar, ada manajemen investasi di luar negeri yang mempunyai strategi momentum mempunyai tingkat perputaran portofolio di atas 200%. Sementara itu ada manajemen investasi yang mempunyai perputaran portofolio hanya 15% karena memakai strategi buy-and-hold.

Berapa Perputaran Portofolio Bolasalju?

Untuk saat ini, kami menetapkan tingkat perputaran portofolio dalam Aturan Portofolio Carstensz maksimal 50%. Tingkat ini sebenarnya tidak bisa dianggap rendah. Namun, untuk awalnya, biarkan untuk saat ini.

Hingga 27 Oktober 2023, tingkat perputaran Portofolio Carstensz tercatat 10,9%. Sementara itu Portofolio Alpen punya perputaran portofolio 4,9%.


Diterbitkan: 27 Oct 2023Diperbarui: 29 Oct 2023