Dalam berinvestasi, salah satu faktor penting adalah mempercayai diri sendiri.

Terdengar tak masuk akal? Tunggu dulu. Bila diberikan fakta yang rinci, mungkin hal ini akan masuk akal.

Apa juga terdengar konyol? Ya, kalau Anda berpikir siapalah diri kita, tanpa bekal ilmu akuntansi hebat, tanpa jaringan yang dekat dengan direktur-direktur perusahaan terbuka, siapa yang akan menjamin sukses diri kita berinvestasi, kecuali ditipu oleh aksi pasar yang bisa bergerak dari kiri ke kanan, atas ke bawah, ibaratnya demikian.

Lalu, dengan cara apa kita bisa mempercayai diri kita sendiri, padahal kita sering salah?

Siapa yang tidak familiar dengan hal-hal di bawah ini:

  1. Setiap hari ada puluhan rekomendasi saham dari berbagai analis, dengan masing-masing model dan strateginya. Tak jarang mereka berpendapat berbeda dengan suatu saham. Mana yang bisa dipercaya?
  2. Setiap hari, kalau kita mau teliti, kalau kita mau menguji rekomendasi subuah analis saja, pasti banyak rekomendasi yang meleset. Kenapa kita harus mempercayainya?
  3. Setiap hari, media berlomba bersolek dan pura-pura paling cerdas dengan mengusung berbagai tebakan akan pasar, tapi sering kali apa yang dikatakan hanya perkataan seorang astrolog, kalau awam hitam ya hujan, kalau matahari muncul sepenggal pasti akan cerah, kalau tiba-tiba turun gerimis ya akan hujan. Kenapa kita harus ikuti?
  4. Tak jarang ada pula liputan dan rekomendasi media ekonomi terkenal yang menggunakan sumber yang salah. Hitungan rasio tidak tepat. Harga buku saham jadi terkesan murah, tidak mencerminkan hal sebenarnya. Kapan lagi kita harus percaya?
  5. Apakah Anda pernah membaca prospektus sebuah reksadana? Cobalah. Tengok di halaman portfolio efek reksadana tersebut. Coba cek pula halaman transaksi reksadana tersebut. Lihat daftar emiten yang diakuisi dan dibuang. Hitung rasio keuntungan/kerugian yang terjadi. Saya mengecek sebuah reksadana terkenal dengan return rata-rata di atas 25% per tahun, saya temukan portolionya juga mempunyai perusahaan yang saya anggap jelek. Setelah dihitung selisih jual dan beli, ternyata manajer investasi membeli di harga yang cukup mahal, transaksinya pun merugi. Manajer Investasi yang dibayar milyaran setahun saja bisa salah. Bagaimana kita kemudian akan percaya lagi?
Kegiatan berinvestasi pada hakikatnya adalah membuat tebakan. Kita mencari tebakan pada perusahaan mana kita akan menempatkan dana. Kesuksesan kita berujung pada saat KAPAN kita masuk ke perusahaan APA. Kapan dan siapa inilah kuncinya. Hanya itu. Masalahnya, dengan salahnya KAPAN saat masuk, investasi kita bisa berujung fatal membeli di harga yang kurang pas, atau terlalu mahal. Dengan salah masuk di perusahaan APA, meski kita masuk pada saat yang tepat (murah), maka investasi kita bisa jadi tidak akan tumbuh.

Dari berbagai hal tersebut, saya tidak mengajarkan agar kita tidak mempercayai siapa pun, baik broker, manajer investasi, analis. Baca rekomendasi mereka, baca analisa mereka, tapi manfaatkan seperlunya. Peganglah sanggahan dalam diri kita bahwa “Kita tidak bisa mempercayai rekomendasi siapa pun sebelum kita mengujinya sendiri.

Dalam dunia investasi, kunci sukses adalah mempercayai diri kita sendiri. Bagaimana caranya kita bisa percaya pada diri kita sendiri? Tentu saja dengan belajar. Tentu saja dengan membaca banyak analisa, mengkritisinya, mengujinya, dan membuat keputusan sendiri. Bagaimana pula kita bisa percaya diri kita, padahal kemampuan kita terbatas? Bagaimana bisa percaya diri kita, padahal kita juga sering salah?

Justru itu, ketika kita selalu haus dan lapar, kita akan giat belajar untuk memuaskan dahaga kita, kita akan bekerja keras agar perut ilmu investasi kita tidak lapar lagi. Dan kita akan selalu belajar, karena setiap hari kita harus makan. Kemampuan bisa dicari. Mahaguru investasi selalu bilang investasi itu adalah seni. Investasi itu bukan ilmu eksakta, tidak ada kata benar atau salah HANYA berdasarkan angka. Seni adalah tindakan yang diulang-ulang, diperbaiki, diulang dengan lebih baik dan diperbaiki lebih sempurna, agar bertujuan menghasilkan kesempurnaan. Seniman kadangkala salah. Tapi mereka mengulang lagi. Mereka memperbaiki kesalahan, menumpuk tintanya, menyapu ulang kuasnya di gambar sebelumnya. Dalam seni tidak ada kesempurnaan yang hakiki, dibalik sempurnanya suatu hasil masih bisa diolah agar menjadi hal yang terbaik. Itulah hakikatnya seni, itulah kesempurnaan berinvestasi.

Dengan pernah mengalami kesalahan maka kita akan belajar. Dengan belajar, kita akan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut. Meski demikian kita mungkin akan pernah mengalami lagi kesalahan, yaitu pada jenis kesalahan lain, tapi di situlah intinya, keterampilan dan intuisi kita akan terasah. Makin lama karya investasi kita akan makin sempurna.

Terbuka terhadap segala peluang dan informasi. Bersikap kritis. Buat keputusan. Perbaiki. Percaya pada diri kita sendiri.


Diterbitkan: 13 Oct 2011Diperbarui: 9 Feb 2022