Sebagai salah satu perangkat awal untuk berinvestasi, metode Discounted Cash Flow (DCF) atau Arus Kas Terdiskon adalah sebuah piranti penting untuk mengukur apakah sebuah investasi menarik atau tidak. Analisa sekuritas di media massa atau dari perusahaan pialang biasanya juga mengaplikasi metode ini. Tulisan ini akan mengantarkan pembaca memahami konsep dasar DCF.

Metode DCF akan menjawab mana yang berharga, memiliki 100 juta di masa sekarang, atau apakah uang 100 juta tersebut lebih baik diinvestasikan untuk mendapatkan pembayaran secara rutin sebesar 12,5 juta selama 10 tahun mendatang, ataukah lebih baik diinvestasikan di obligasi dengan suku bunga 10%? Kita tahu 12,5 juta × 10 = 125 juta. Apakah 125 juta di masa 10 tahun mendatang lebih baik dibanding 100 juta di masa sekarang? Ataukah lebih baik di obligasi dengan bunga 10%? Bagaimana kira-kira jawaban Anda?

Kita tidak bisa menjawabnya dengan kira-kira. Mari kita buktikan secara matematis dengan DCF.

Analogi Sederhana

Kita semua tahu dari teori compounding interest, sebagai ilustrasi, uang Rp100 juta saat ini lebih berharga dibanding Rp100 juta pada 2 (dua) tahun yang akan datang. Nilai uang akan turun seiring waktu karena inflasi. Selain itu pertimbangannya juga jelas, dengan uang Rp 100 juta saat ini Anda mungkin bisa tanam di deposito dengan bunga dibayar 5% per tahun, lalu bunganya ditanam ke pokok lagi, perhitungannya seperti di bawah:

  • 100 juta × 105% = 105 juta (catatan: 105% asalnya adalah: 1 (nilai pokok) + bunga = 100% + 5% = 105%)
  • 105 juta × 105% = 110,25 juta
maka pada 2 tahun yang akan datang Anda akan punya Rp 110,25 juta. Dengan menggunakan metode yang sama, uang Rp100 juta akan menjadi Rp 121 juta dengan kupon 10% per tahun pada 2 (dua) tahun mendatang.1

Bila kita tahu uang 100 juta akan bernilai 121 juta pada 2 (dua) tahun mendatang dengan asumsi suku bunga 10%, bila situasi dibalik, seandainya Anda tahu akan mendapatkan 121 juta dua tahun lagi, berapakah nilai uang tersebut saat ini? Pertanyaan yang sama adalah berapa nilai investasi saat ini untuk mendapatkan nilai 10% pada dua tahun yang akan datang?

Untuk menjawabanya, kita harus tahu bahwa nilai saat ini pasti lebih rendah dari nilai dua tahun mendatang. Untuk mendapatkan nilai saat ini, kita akan mendiskonnya dengan suku bunga patokan kita. Kita akan bagi nilai uang selama 2 tahun hingga ke nilai saat ini. Nilai uang tersebut akan berkurang setiap tahunnya. Ini selaras dengan teori nilai waktu uang, semakin ke depan nilai uang akan semakin kecil. Tapi menguranginya dengan cara apa? Tentu saja dengan suku bunga diskon patokan (discount rate), pada contoh tadi 10%, perhitungannya akan seperti di bawah:

  • 121 juta ÷ 110% = 110 juta (catatan: 110% asalnya adalah: 1 (nilai pokok) + suku bunga diskon = 100% + 10% = 110%. Perhitungan menjadi pembagian karena ini adalah proses berkurangnya nilai investasi, bukan mendapatkan investasi)
  • 110 juta ÷ 110% = 100 juta
Hasilnya adalah sama 100 juta, seperti ilustrasi di awal tadi.

Dengan melihat hasil perhitungan ini, kita akan bisa menjawab pertanyaan pertama tadi: tawaran investasi terbaik kemungkinan adalah dari obligasi 10% karena nilainya pasti jauh lebih tinggi dibanding 125 juta di masa 10 tahun mendatang. Kenyataannya uang 100 juta akan bernilai 259,37 pada investasi bersuku bunga 10% selama 10 tahun.

Aplikasi ke Bisnis

Memakai analogi yang sama, dengan keahlian Anda mendiskon arus kas seperti di atas, Anda akan bisa menilai apakah sebuah bisnis bagus atau tidak.

Misalnya, ada sebuah bisnis ditawarkan pada Anda seharga 100 M. Katakanlah dengan proyeksi pertumbuhan konservatif maka di masa 10 tahun asetnya akan menjadi 300 M. Dengan suku bunga diskon 10% yang sama, kita tahu 100 akan bernilai 259,37, maka 300 tentu angka yang lebih menarik. Kita bisa katakan bisnis tersebut dijual murah karena seharusnya nilai saat ini lebih mahal? Berapa nilai saat ini? Bila kita gunakan suku bunga diskonto 10% maka nilainya saat ini seharusnya 115,66 M2. Tawaran 100 M sudah jelas murah, tapi seandainya Anda bisa menawar lebih murah tentu lebih baik lagi.

Aplikasi ke Saham

Untuk aplikasi ke investasi saham atau obligasi atau investasi apa pun, metodenya sama persis. Maha guru investor seperti Graham dan Buffett juga menerapkan analogi yang sama dalam menilai investasi saham atau obligasi, yaitu membandingkannya dengan obligasi teraman, mana yang menawarkan suku bunga lebih baik? Mereka mengandaikan membeli utuh sebuah perusahaan, lalu dengan memilikinya apakah arus kas masuk dari dividen dan arus kas dari capital gain—seandainya ia jual—lebih baik dibanding investasi di obligasi teraman (biasanya pemerintah).

Bagi yang penasaran, kan capital gain tidak bisa dihitung? Memang, tapi kita bisa hitung nilai kapitalisasi pasar perusahaan. Itulah harga yang ditawarkan oleh pasar bila kita ingin membeli sebuah bisnis. Harga kapitalisasi pasar ini kita bandingkan dengan nilai sesungguhnya perusahaan di masa sekarang. Bila harga pasar lebih besar, berarti perusahaan dijual terlalu mahal, sebaliknya bila harga pasar lebih murah maka inilah perusahaan yang undervalued. Investor mencari investasi di perusahaan semacam ini. Kapitalisasi pasar pasti akan berubah bila kinerja perusahaan makin baik, artinya harga saham akan naik, maka arus kas masuk kit abisa bertambah bila kita menjual sahamnya. Maka perilaku investor yang benar adalah membeli ketika suatu perusahaan dihargai lebih murah oleh pasar (baca: dijual lebih murah).

Perlu diingat, untuk perhitungan DCF dalam analisa saham kita biasanya menjumpai banyak prediksi, misalnya: prediksi arus kas bebas, prediksi beban penjualan, prediksi belanja modal, pajak, prediksi inflasi, dst. Sebagaimana kita tahu prediksi tidak selalu tepat. Maka kelemahan DCF terletak di sini, sekali perusahaan tidak mencapai angka prediksi maka penilaian saham kita akan meleset jauh. Seyogyanya investor memakai prediksi yang paling sederhana dengan variabel yang paling konservatif dan akurasinya paling dekat. Itulah makanya investor seperti Buffett sangat menyukai perusahaan yang bisa diprediksi dengan pertumbuhan stabil dari tahun ke tahun, karena dia akan bisa memprediksi arus kas secara mudah dan hampir tepat :)

Untuk perhitungan valuasi harga saham dengan DCF akan kita bahas lain waktu.

Selamat berinvestasi!


1 Untuk menghitungnya secara mudah Anda bisa gunakan rumus FV di aplikasi Excel atau Numbers di komputer Apple. Atau juga bisa menggunakan kalkulator keuangan seperti TI BA II atau HP 12C)

2 Untuk menghitung arus kas nilai saat ini bisa gunakan rumus PV di aplikasi Excel atau Numbers di komputer Apple. Atau juga bisa menggunakan kalkulator keuangan seperti TI BA II atau HP 12C)


Diterbitkan: 7 Aug 2012Diperbarui: 9 Feb 2022