Ada permintaan melalui surat-e agar saya menulis tentang cara valuasi harga saham dan juga cara membaca laporan keuangan.

Saya punya rencana untuk menulis kedua topik itu. Masalah waktunya, atau kapan, saya masih mencari waktu yang tepat untuk hal itu. Saya tidak ingin isi blog ini belum lengkap tapi saya sudah mengeluarkan ringkasan berbentuk strategi spesifik seperti itu, padahal dasar filosofinya belum dibahas.

Saya ingin memuat panduan investasi saham yang konservatif dan aman, semuanya dimulai dari filosofi yang benar, langkah yang benar, valuasi yang benar, dan kemudian sikap investasi dan strategi yang benar. Untuk melangkah menuju pembahasan valuasi saham, maka saya harus menulis beberapa tulisan lain sebagai pendukungnya. Untuk melangkah menuju kemampuan menelaah bisnis yang baik, maka kita harus cakap dalam membaca laporan keuangan. Urutannya bagaimana, saya masih mengatur cara untuk menuju ke sana. Tapi jujur saja, saya masih belajar kedua topik ini. Saya masih belajar dengan serius. Nanti kalau saya merasa sudah paham secara total kedua topik ini, berarti saya sudah siap menuliskannya.

Bila ingin membaca tentang metode valuasi, bisa dibaca di buku The Intelligent Investor tentang metode valuasi sederhana Ben Graham. Untuk metode Discounted Cash Flow, pembahasannya yang sederhana bisa ditelaah dari buku Getting Started in Value Investing yang ditulis Charles Mizrahi. Kebetulan dua metode tersebut yang saya pakai selama ini. Sobat kita Parahita Irawan sudah pernah membahas dua hal ini, silakan cari di blognya. Saya sendiri belajar metode DCF dari blognya itu. Kalau Anda mau, dengan googling pun kita bisa mencari dua metode ini secara rinci.

Ada yang bilang belajar strategi investasi itu gampang. Yang lebih susah bagi investor adalah keyakinan dan pemahaman filosofi investasi. Hanya sedikit orang yang tahan terhadap kerugian berbulan-bulan atau bertahun-tahun demi mempercayai sebuah teori sederhana dari investasi nilai. Bahkan banyak orang meragukan filosofi holding forever yang dikemukakan Fisher, dan menjadi panutan Buffett. Kalau landasan berpikir kita tak ada, tak peduli kita sudah paham puluhan metode valuasi saham, ketika saham yang kita pegang turun hingga -50% bisa jadi kita langsung panik dan tak percaya dengan pilihan kita. Juga sebaliknya ketika saham kita naik 50% saja, maka kita buru-buru menjualnya. Dengan landasan lemah, kita tak akan pernah bisa untung 500% atau justru kita selalu rugi dalam setiap langkah investasi kita. Maka landasan berpikir itu penting. Setelah kita paham filosofinya, barulah kita melangkah ke beberapa metode yang bersifat pragmatis.

Selamat berinvestasi!


Diterbitkan: 16 Oct 2011Diperbarui: 9 Feb 2022