Inflasi menggerus daya beli uang kita. Inflasi terjadi di semua jenis barang/jasa yang kita konsumsi untuk mendukung hidup, menunjang hidup, atau kebutuhan tersier seperti hiburan. Inflasi adalah ancaman riil bagi daya beli kita di masa depan.

Bagaimana hasil IHSG melawan inflasi untuk tahun 2023 lalu?

Bagaimana akumulasi inflasi selama 10 tahun dan 20 tahun terakhir?

Bagaimana performa IHSG selama 20 dan 40 tahun? Lalu berapa nominal yang bisa diperoleh IHSG vs inflasi?

Inflasi 10 Tahunan di Indonesia

Sebelumnya, kita harus tahu dulu berapa dan bagaimana inflasi menjadi ancaman. Berikut kutipan riset Bolasalju.

Selama 10 tahun terakhir, inflasi tahunan umum di Indonesia dilaporkan dari yang terkecil 1,68% (2020) hingga terbesar 8,36% untuk tahun 2014 lalu. Rata-rata inflasi tahunan selama 10 tahun terakhir 3,59% atau CAGR 3,57% YoY.

Inflasi 10 Tahun 2014-2023
Inflasi Indonesia 10 Tahun Terakhir 2014-2023

Untuk membayar barang/jasa seharga Rp1 juta pada 10 tahun yang lalu, kita harus membayar Rp1,42 juta pada tahun 2023. Begitulah efek inflasi yang terjadi selama 10 tahun terakhir berdasarkan kalkulasi di atas.

Bagaimana jika jangka waktu kita perpanjang hingga 20 tahun? Dari historis inflasi umum tahunan Indonesia selama 20 tahun terakhir (2004-2023), akumulasi inflasi tercatat 188% atau CAGR 5,43% YoY. Pelajari riset inflasi kami untuk informasi lebih detail.

Kinerja Pasar Saham (IHSG) Selama 20 Tahun Terakhir

Kinerja IHSG 20 Tahun Terakhir 2004-2023
Kinerja IHSG 20 Tahun Terakhir 2004-2023

Selama 20 tahun terakhir, dari periode tahun 2004 hingga 2023, seorang investor yang bisa berinvestasi di IHSG (jika ada wadahnya) akan mendapat keuntungan teoritis sebesar 951,14% atau 12,48% jika disetahunkan (CAGR/YoY).

Uang Rp100.000.000 (seratus juta) jika diinvestasikan sejak awal 2004 akan menjadi Rp1.051,14 juta (1,05 miliar) pada akhir 2023.

Dari statistik sejarah kinerja IHSG 10 tahun terakhir (2014-2023), seorang investor mendapat keuntungan sebesar 70,16% atau setara 5,46% jika disetahunkan. Uang Rp100 juta diinvestasikan sejak awal 2013 akan menjadi Rp170,16 juta pada akhir 2023.

Sementara itu, sejak IHSG dicatat pada 1983 hingga 2023, pengembalian IHSG selama 40 tahun adalah 7.172,80% (72 kali lipat) atau setara 11,31% YoY. Terbukti kinerja IHSG dalam jangka panjang masih sangat mumpuni.

Hasil IHSG vs Inflasi untuk Tahun 2023

Dengan mengurangkan hasil CAGR IHSG dan CAGR inflasi jangka panjang tersebut kita bisa membuat kalkulasi sederhana hasil riil IHSG dalam jangka panjang seperti di bawah ini.

Hasil Riil IHSG Setelah Dikurangi Inflasi Jangka Panjang Akhir Tahun 2023
Hasil Riil IHSG Setelah Dikurangi Inflasi Jangka Panjang Akhir Tahun 2023

Dari tabel di atas, IHSG terbukti mengalahkan inflasi dalam jangka panjang. Meski mengalami masa fluktuasi yang merupakan risiko dari kegiatan investasi di pasar modal, namun dalam jangka panjang, performa IHSG yang besar sangat potensial untuk mengembangkan dana dalam jangka panjang.

Diskusi dan Kesimpulan IHSG vs Inflasi Tahun 2023

Saat membicarakan potensi hasil IHSG dan risiko inflasi seperti ini, ada beberapa hal yang bisa didiskusikan.

Pertama, masyarakat umum biasanya hanya melihat kecilnya hasil IHSG disetahunkan. Yang perlu diingat, hasil YoY adalah kinerja disetahunkan memakai rumus CAGR. Angka persentase disetahunkan atau CAGR dipakai untuk mengurangi potensi pengembalian majemuk (multi tahun) agar akurat. Kalkulasi memakai rata-rata biasa akan keliru.

Kedua, masyarakat umum saat melihat hasil jangka pendek seperti 5 tahun atau 10 tahun untuk periode IHSG yang sedang stagnasi atau penurunan umumnya berkomentar bahwa daripada mendapat hasil 5% YoY di IHSG yang punya risiko tinggi, maka lebih baik diinvestasikan ke aset aman Surat Berharga Negara (SBN) seperti obligasi ritel atau sukuk ritel.

Argumen kedua ini ada benarnya, jika melihat fakta-fakta terakhir. Tapi kinerja SBN tidak selamanya tinggi. Instrumen keuangan SBN memang bermanfaat untuk menyiasati inflasi. Tapi tingkat pengembaliannya hanya setara itu. Jika masyarakat umum ingin mengejar perolehan jangka panjang yang melebihi inflasi, instrumen saham adalah jalan yang lebih potensial mengingat statistik pertumbuhannya sangat besar. Namun, berinvestasi di pasar modal selalu mengundang risiko.

Untuk itulah kita harus memahami paradigma dan strategi investasi yang aman agar bisa mengurangi eksposur risiko kita sambil tetap bisa punya potensi meraup keuntungan jangka panjang.


Diterbitkan: 17 Jan 2024Diperbarui: 17 Jan 2024