Berita pasar modal itu kadang-kadang memang lucu. Coba kita cek berita-berita ini:

Pasar Rontok Terimbas China & Skandal Seks IMF

Bagaimana kita bisa membayangkan sebuah skandal seks Direktur IMF bisa merontokkan pasar saham Indonesia? Dan satu suku kata China itu apa maksudnya, padahal yang diomongkan adalah kenaikan suku bunga China. Absurd kan? Lalu seandainya pasar benar rontok, seberapa besar kerontokan itu? Padahal pada artikel tersebut, IHSG cuma turun 32 basis poin, atau 0,85% sekian. Benarkah angka sebesar itu menunjukkan kerontokan? Tentu saja tidak. Kita bisa bilang pasar modal rontok kalau seandainya terjadi penurunan 50%, misalnya. Kalau hanya 0,85%-an itu sih biasa terjadi.

Hari Kejepit, Cermati Saham Berdividen Besar

Begitu pula berita kedua ini. Gila ya kalau hari kejepit efeknya sedemikian besar? KIta tentu jadi ingin pemerintah menambah hari kejepit lain agar punya efek terhadap saham berdividen besar. Lho? Sabar, kok bisa demikian? Apa hubungannya? Ini penulis beritanya benar-benar keterlaluan. Tanpa membahas isi narasumbernya, ternyata sumber berita di artikel tersebut terang-terang tidak pernah menyebut sama sekali hubungan hari kejepit dengan kecermatan berdividen besar. Para analis tersebut hanya mengungkap perkiraan mereka tentang kinerja saham, peluang pasar, dan hal-hal biasanya yang memang kerjaannya para analis.

Mohon maaf kepada media digital yang saya sebut di atas. Seandainya saya menemukan berita lain di media lain, saya akan mutakhirkan artikel ini. Tapi sumber di atas sepertinya memang cukup sering membuat berita lucu dengan redaksi membuat judul heboh dan menarik kesimpulan yang salah kaprah.


Diterbitkan: 24 May 2011Diperbarui: 9 Feb 2022