Ini adalah hanyalah cerita rekaan yang benar-benar bisa terjadi. Para pembaca dimohon menahan diri untuk tidak tersinggung, tidak marah, apalagi tertawa. Penonton diharap hati-hati menghabiskan uang untuk keperluan bukan investasi.

Ungkapan batin para spekulan saham:

  • Ketika sahamnya nilainya jatuh, "Sial, bandar tega banget. Jadi rugi karena cut loss!"
  • Ketika saham yang dijual tersebut naik lagi, "Sial, bandar kejam, tega amat meninggalkan kita!"
  • Ketika saham yang sudah dijual lalu dibeli lagi sudah naik sedikit, "Sial, tumben amat bandar baik nih. Apa aku memang pintar? Take profit ah!"
  • Ketika saham tersebut masih naik, "Beli lagi ah. Bandar kayaknya sudah di jalan yang benar ini..."
  • Tiba-tiba saham tersebut jatuh, jatuh terus, dan stagnan di harga Rp50 per lembar. Orang tersebut sudah berpotensi rugi ratusan juta rupiah. "Ah, siapa tahu besok naik. Bandarnya bego.. kenapa nggak gerak sih?"
  • Sudah dua tahun saham perusahaan tersebut stagnan di Rp50, "Woiii bandar... gerakin dong!" Dia sudah rugi 97%.
Pengamatan para analis di media:
  • Senin: "Hari ini IHSG naik karena asing memborong saham"
  • Selasa: "Hari ini IHSG turun karena asing menjual saham"
  • Rabu: "Hari ini pembelian asing sedikit, investor lokal yang mengerek IHSG"
  • Kamis: "Inilah emiten blue-chip yang diborong asing"
  • Jumat: "Asing melepas blue-chip, IHSH terbakar."
  • Seandainya ada hari lain, makhluk bernama Asing tentu akan ada cerita lainnya...
Batin value investor:
  • Saham X hari ini dijual Rp1.000 per lembar, "Ah aku ingin beli di harga Rp700 biar ada margin of safety 30%. Maaf Tuan Pasar saya tidak tertarik!"
  • Saham X hari ini dijual Rp700 per lembar. Saya beli 10 lot, Tuan Pasar."
  • Saham X turun lagi menjadi Rp600 per lembar. "Saya beli 50 lot, Tuan Pasar."
  • Saham X hari ini dijual Rp550, "Wah para pedagang dan media sudah bilang aneh-aneh. Katanya sentimen asing lah. Padahal perusahaan X ini baru melaporkan pertumbuhan fantastis kuartal ini. Ada pabrik baru, aku yakin pertumbuhannya signifikan di tahun ini. Tuan Pasar (yang sedang gila), sini kuborong 100 lot."
  • Beberapa bulan kemudian, saham X masih stagnan Rp500, "Ah mumpung Tuan Pasar belum sadar, aku beli lagi 100 lot." Dan.. dia beli 20 lot tiap bulan.
  • Setahun atau entah berapa tahun kemudian, tiba-tiba ada analis berkata perusahaan X adalah fantastis karena bisnis dan pertumbuhannya baik. Saham X dijual Rp550 "Ah media ABCDE ini ngaco mulu, X sih sudah tumbuh dari dulu! Tuan Pasar aku beli 50 lot lagi"
  • Enam bulan kemudian saham X sudah nongkrong di harga Rp2000 per lembar. "Tuan Pasar nih beli aja kalau tertarik, bagus kok. Jual 10 lot."
  • Beberapa bulan atau tahun kemudian, melihat potensi pertumbuhan sudah maksimal. Tidak ada ekspansi lagi. Harga saham X saat itu Rp5.000 per lembar. "Ya udah Tuan Pasar, kalau masih tertarik bisnis yang sudah berkembang ke seluruh Indonesia ini, silakan.... aku jual sahamku semua... aku mau liburan." Value Investor menjual 1000 lot sisa saham X miliknya. Ia sudah untung hampir 1000%.
  • Ada saham Y yang menarik dengan peluang margin of safety 100% lebih, "Sebelum liburan aku beli saham Y dulu. Ini gila saham perusahaan bagus kok dihargai murah,"
  • Si Value Investor liburan keliling dunia selama tiga bulan. Dia lupa sudah beli saham Y. Ketika balik, saham Y nilainya sudah tumbuh 100%.
Cerita terus berlanjut di dunia ketiga orang tersebut.


Diterbitkan: 5 Jul 2012Diperbarui: 9 Feb 2022