Para investor hebat seperti Warren Buffett dan Charlie Munger punya kebiasaan banyak membaca. Pak Lo Kheng Hong juga sering cerita kegiatan sehari-harinya adalah membaca, membaca, dan membaca. Kemampuan dan kebiasaan membaca sangat menunjang kesuksesan para investor. Tapi bagaimana membangun kebiasaan membaca?

Masalah Kebiasaan Membaca

Membangun kebiasaan membaca itu sendiri tidak mudah. Ada banyak orang bercerita bahwa mereka tidak bisa melakukannya. Ada berbagai alasan yang kalau dipertimbangkan juga masuk akal.

Mengutip Kominfo:

UNESCO menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca!

Riset berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.

Pertama, membaca perlu media yang bisa dibaca, apakah itu buku, koran, majalah, dan lain sebagainya. Mengakses bahan bacaan tidak selalu murah.

Media sosial bukan bahan bacaan. Media sosial menyajikan postingan yang beragam, menarik perhatian, namun kurang kedalaman. Banyak pakar menganggap justru media sosial menganggu konsentrasi dan kebiasaan kita.

Masalah pertama akan media baca ini menghadirkan dilema bahwa untuk membaca kita perlu membayar biaya tambahan. Harga buku tidak bisa dianggap murah. Anda bisa membeli buku seharga Rp50 ribu, meski sudah jarang ada, hingga rata-rata Rp100-150 ribu. Jika Anda pembaca aktif seperti saya yang biasanya membaca 3-6 buku sebulan, maka perlu pengeluaran antara 300-900 ribu perbulan. Apalagi kalau Anda membaca buku impor. Harga buku bekasnya antara Rp100-250 ribu. Buku impor baru harganya Rp200-500 ribu. Buku digital di platform Kindle juga setara seperti itu. Kalau Anda seperti para investor serius yang perlu mengupdate informasi secara rutin dari majalah atau koran, maka hitung juga pengeluaran untuk majalah atau koran.

Bahan bacaan bisa mengganggu stabilitas kocek kita, maka ini perlu trik sendiri. Misalnya, Anda bisa berkunjung ke perpustakaan terdekat di tempat anda untuk mengakses bahan bacaan. Atau bisa juga menjadi member perpustakaan online.

Kedua, tidak setiap orang memiliki daya tahan membaca. Membaca adalah aktivitas yang soliter, sunyi, perlu konsentrasi, dan seringnya mengundang kebosanan. Kadang malah bikin ngantuk. Tak heran kegiatan membaca sering gagal atau tidak selesai.

Belum lagi problem konsentrasi. Ada beberapa orang yang perhatiannya mudah teralihkan saat membaca. Jika ada seseorang yang punya problem disleksia atau gangguan pembelajaran, itu mungkin bisa dimaklumi karena suatu concern sendiri. Namun, banyak orang yang bisa membaca tapi sering gagal karena tidak dapat memusatkan konsentrasi pada bacaannya.

Maka kita harus serius menaklukkan problem konsentrasi ini agar bisa menikmati bacaan. Apakah harus mematikan seluruh gawai yang suka menggoda dari bacaan? Apakah harus mengunci diri di kamar baca? Apakah perlu kopi? Banyak hal bisa dilakukan untuk membangun konsentrasi dan fokus.

Jika tidak berhasil juga, maka solusinya adalah membayar orang lain untuk menyampaikan kepada kita isi materi bacaan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara berlangganan layanan bacaan audio. Alternatif lainnya adalah dengan mendengar buku audio, namun koleksi buku audio juga terbatas. Atau, Anda bisa membayar orang untuk membacakan sesuatu kepada kita.

Ketiga dan terakhir, ternyata banyak orang tidak tahu cara membaca yang baik, efisien, dan efektif. Khusus hal ini, kami berbagi tips di bab terakhir.

Bagaimana Membangun Kebiasaan Membaca?

Setiap investor serius perlu membaca banyak materi, dari buku, laporan tahunan, dan berbagai catatan dan referensi. Selain itu, investor juga perlu koran dan majalah untuk mengakses informasi yang menjadi bekal mereka mengambil keputusan. Belum lagi keperluan lain membaca buku, apakah untuk mendapatkan informasi, sumber pengetahuan, mencari inspirasi, atau sekadar hiburan belaka. Bagi investor serius ini perlu sekali. Daripada pikirannya terombang-ambingkan oleh kabar di pasar dan berbagai gosip, membaca bisa mengalihkan investor ke hal-hal lain yang lebih menyegarkan dan membangun wawasan.

Membangun kebiasaan membaca adalah keharusan bagi mereka yang ingin menjadi investor. Saya kira kebiasaan ini juga sangat diperlukan oleh semua orang yang bekerja dalam profesi lainnya.

Kami akan fokus bagaimana membangun kebiasaan membaca untuk bagian akhir artikel ini. Tentang persoalan (lain) di atas seperti mahalnya harga buku, kesulitan membaca, dan masalah konsentrasi, semoga Anda mendapat solusi atau ikut artikel lainnya, jika kami menulisnya.

Pertama, jadikan kegiatan membaca sebagai sebuah aktivitas primer seperti saat Anda perlu makan. Anda makan karena perlu zat makanan sebagai sumber energi tubuh untuk bergerak dan bekerja. Maka, jadikan buku sebagai asupan pokok otak dan pekerjaan Anda.

Kedua, untuk menunjang tips pertama di atas, maka sediakan bahan bacaan di mana saja Anda sering beraktivitas. Apakah itu tempat kerja, kamar tidur, tas kantor/bepergian, atau sediakan saat dimana pun Anda berada. Anda bisa memilih buku fisik atau digital, tergantung preferensi yang Anda sukai. Anda secara intuitif akan berpikir untuk mencari bahan bacaan daripada menengok lini masa media sosial jika kondisinya seperti itu.

Ketiga, jangan takut dengan buku. Mereka yang belum punya kebiasaan membaca pada awalnya akan takut dengan ketebalan buku, bagaimana lembar demi lembar itu harus selesai, apalagi jika tebal buku 150-200 halaman. Padahal, tahu nggak, buku setebal itu masih termasuk tipis. Saya melihat sendiri seorang anak berusia 10 tahun tidak takut buku setebal 500 halaman atau lebih. Buku setebal itu bisa dilahapnya dalam sehari hingga dua hari. Namun, kalau buku itu tidak disukai, tentu saja bikin malas.

Keempat, belajar membaca cepat dan efisien. Ada berbagai teknik, dari metode, prinsip, dan metode pragmatisnya. Saya tidak bisa merumuskannya secara singkat. Cari dan pelajari yang nyaman dan sesuai dengan gaya Anda.

Kelima, bangun kebiasaan membaca secara perlahan. Jangan dipaksakan. Ibarat seseorang yang belajar mengemudikan mobil, cara mengendarai mobil rasanya seperti rangkaian prosedur yang banyak dan ribet. Saat seseorang sudah mahir mengemudi, mengendarai mobil terasa mudah-mudah saja.

Keenam, kalau sedang bosan membaca, jangan paksakan. Tidak ada salahnya libur. Setelah kebosanan hilang, Anda pasti ingin membaca lagi.

Ketujuh, Anda bisa ikut komunitas membaca seperti Goodreads dan berinteraksi dengan sesama pembaca. Manfaatkan komunitas untuk mencari inspirasi bacaan dan membangun tujuan positif. Jangan menjadi rendah diri kalau kemampuan membaca Anda masih kalah dengan banyak orang. Setiap orang punya kemampuan membaca yang berbeda-beda.


Rayakan setiap kali anda berhasil menyelesaikan buku bacaan Anda. Dengan mengapresiasi diri sendiri, perlahan Anda akan bisa membangun kebiasaan membaca secara rutin.

Selamat membangun kebiasaan membaca. Semoga lancar dan sukses.


Inspirasi dari tulisan Gus Nadirsyah Hosen ini. Saya juga membaca “How to Read a Book” karya Mortimer J. Adler yang menjadi panduan saya membaca buku selama 5-7 tahun terakhir.


Diterbitkan: 9 Oct 2023Diperbarui: 11 Oct 2023